Cari Blog Ini

Minggu, 12 Desember 2010

Super Pelit

Dikisahkan seorang lelaki berusia 60-an yang menjadi buah bibir di kampungnya. Pasalnya, lelaki itu terkenal sangat pelit. Bahkan untuk makan sehari-hari maupun untuk kesehatannya sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dia jarang makan lebih dari sepotong roti setiap hari.



Suatu hari ia marah habis-habisan kepada istrinya karena istrinya membeli seekor ikan untuk lauk mereka makan. “Kamu ini perempuan boros. Aku saja tidak pernah membeli ikan, koq kamu berani-beraninya beli ikan” , bentak lelaki itu uring-uringan.

Si sitri yang sabar dan sangat hapal tabiat suaminya itu berusaha membela diri. “Bukan saya yang beli, tetapi tetangga sebelah yang memberikan ikan ini untuk kita” , dalihnya.

“Kalau begitu, potong-potong ikan itu jadi 7 bagian untuk jatah makan kita selama 7 hari. Kalau mau menggoreng boleh diberi garam, tapi garamnya sedikit saja. Nanti garamnya cepat habis.” , kata lelaki itu.

Beberapa hari kemudian, lelaki itu jatuh sakit. Badannya demam dan tidak mampu beraktivitas seperti biasa. Sang istri kasihan melihat kondisi suaminya. Ia bergegas pergi ke toko obat untuk membeli obat penurun panas.

Ketika si istri menyodorkan obat tersebut, suaminya justru menutup mulut rapat-rapat. Menurutnya membeli obat adalah pemborosan besar. “Jangan khawatir, obat ini adalah obat paling murah. Lagipula di dalam kotak obat ini ada kupon yang bisa ditukar hadiah”, bujuk istrinya sambil menyuapkan obat. Tapi si suami masih menutup erat mulutnya.

Tak kurang akal, si istri langsung membisikkan sesuatu di telinga suaminya. “Ehmmm…sebenarnya tadi saya bohong. Obat ini sudah kadaluarsa. Jadi toko obat itu memberikannya gratis kepada saya” , bisiknya. Barulah si lelaki pelit itu bersedia minum obat. Setelah minum obat diapun tersenyum sambil memuji istrinya pintar.

Sumber: http://dhammacitta.org

---------------------------------------------------------------
Pesan Moral:

Pelit tidak sama dengan hemat. Bersikap pelit yang berlebihan hanya akan merampas kesempatan kita untuk menikmati apa yang sepatutnya kita nikmati. Apakah sikap pelit yang berlebihan bisa membuat kita bahagia? Apakah sikap seperti itu patut dipertahankan? Mana yang lebih baik dibandingkan dengan hidup sewajarnya yang sedapat mungkin memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar