Cari Blog Ini

Selasa, 19 Mei 2009

Disiplin

Disiplin
Penulis: Paul Hidayat

Pahlawan sejati adalah mereka yang berhasil menaklukkan diri sendiri.” Pahlawan-pahlawan sedemikianlah yang kita butuhkan kini untuk meneruskan perjuangan para pahlawan kita dulu. Bukankah para pahlawan kita layak disebut pahlawan, karena mengobarkan sikap mental kepahlawanan: berani berkorban, pantang menyerah, berani memperjuangkan kebenaran?

Mentalitas kepahlawanan, agaknya meluntur sudah kini. Salah satu yang langka dijumpai adalah disiplin. Padahal ketidakdisiplinan merusak dan menghancurkan. Tidak disiplin dalam berlalu lintas, terjadi kekacauan. Tidak disiplin berbicara, jadilah ketegangan sosial. Tidak disiplin waktu, semangat kerja merosot. Tidak disiplin dalam kebersihan, rusaklah lingkungan hidup. Pokoknya, tidak disiplin membuat pemborosan dan penyia-nyiaan potensi yang ada.

Disiplin adalah latihan untuk menghasilkan sikap atau pola tingkah tertentu. Disiplin adalah tindakan-tindakan terkendali yang muncul sebagai akibat adanya tempaan. Inti dari disiplin ialah penaklukkan diri kepada aturan. Untuk orang percaya, disiplin adalah bukti konkret ketaatan kita kepada Allah dan firman-Nya, bukti kasih kita sebagai murid-Nya.

Disiplin juga adalah salah satu rahasia Paulus dipakai Tuhan (1Kor. 9:24-27). Paulus menyadari bahwa tubuh adalah rumah Roh Allah. Sebab itu, harus dihargai tinggi dan dipelihara hati-hati. Untuk itu, ia menjalankan disiplin menyeluruh. Ini logis, sebab kegagalan atau keberhasilan kita di satu bidang hidup, sering berkaitan dengan gagal tidaknya kita di aspek hidup lainnya. Disiplin itu sendiri adalah buah Roh. Roh yang hadir dalam orang percaya, akan membantu kita hidup terkendali di bawah kehendak dan hukum-hukum-Nya. namun, kita sendiri perlu aktif melatih diri. Kelakuan tumbuh dari kebiasaan, kebiasaan berkembang karena membiasakan diri. Kecil menjadi besar. Maka perlu melatih diri taat, hidup teratur dari hal-hal sepele sampai ke karakter.

Disiplin jelas menyangkut soal yang konkret. Soal banyaknya yang kita makan, soal berapa lama kita tidur, soal perlu tidaknya yang kita obrolkan, dlsb. biasanya dalam hal-hal sedemikian, disiplin berkaitan dengan keseimbangan hidup. Artinya janganlah kita melakukan sesuatu berlebih-lebihan, tetapi secukupnya dalam sikap syukur. Supaya kita tidak diperbudaknya, tapi kita tuannya di bawah kontrol Kristus.

Disiplin semacam ini tentu menuntut penyangkalan diri. Kemanusiaan tanpa disiplin dan penyangkalan diri adalah kemanusiaan yang sakit, merosot menjadi primitive kebinatangan. Itu sebab Tuhan Yesus mengenakan kita kuk perhambaan kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar